0
Pengertian active learning
Active LearningTugas seorang pelajar adalah belajar. Proses belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam belajar. Salah satu metode belajar yang dipercaya akan membuat proses belajar menjadi menyenangkan adalah metode belajar aktif (active learning).


Metode belajar active learning dicetuskan pertama kali oleh Melvin S. Silberman. Asumsi dasar yang diterapkan oleh active learning adalah belajar bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada murid. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Saat proses belajar, murid dituntut berperan aktif melakukan kegiatan, tidak hanya berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Guru bukanlah satu-satunya sumber informasi. Murid dituntut untuk mencari sumber-sumber informasi lainnya, di bawah bimbingan guru.

Mengenal Metode Belajar

Metode belajar active learning
Dalam proses belajar dengan metode active learning, murid mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dengan metode ini, mereka mendapat lebih banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas belajar, melakukan hubungan interaktif dengan materi pelajaran. Dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan materi, murid akan mengalami secara langsung materi yang diberikan. Cara ini dipercaya akan memudahkan murid untuk memahami konsep di balik satu materi. Kegiatan yang bervariasi, tidak hanya berpola guru mengajar-murid mencatat, juga akan menghindari rasa bosan pada murid.


Karakteristik belajar active learning
Ada lima karakteristik metode belajar active learning, yaitu:

1.    Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2.    Siswa dan siswi dituntut tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.
3.    Proses belajar ditekankan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berkenaan dengan materi.
4.    Siswa dan siswi lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis, dan melakukan evaluasi.
5.    Terjadi pemberian umpan balik yang lebih cepat dalam proses pembelajaran.

Masih bingung juga? Kini bayangkan pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Salah satu materi yang dibahas dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah bahasa jurnalistik (bahasa yang digunakan dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya). Dalam metode belajar konvensional, siswa dan siswi diperlihatkan contoh bahasa jurnalistik. Mereka akan diminta membaca satu atau dua artikel jurnalistik. Setelah itu, mungkin pengajar akan menjelaskan ciri-ciri bahasa jurnalistik serta proses penulisan artikel jurnalistik, seperti meliput berita, mewawancarai narasumber, dan menyusun berita. Tak ketinggalan penjelasan mengenai konsep bertanya dan wawancara (5 Wh and 1 H question). Kemudian, siswa dan siswi diminta mengerjakan soal yang tersedia. Selesai! Materi pun berganti ke topik lain.
Dalam metode belajar active learning, materi tersebut belum selesai. Pemberian informasi materi perlu diikuti praktik. Dalam contoh di atas, siswa dapat diminta membuat sebuah karya tulisan menggunakan bahasa jurnalistik. Mereka dapat dikerahkan untuk “terjun langsung” ke lapangan, sesuai dengan kapasitas mereka. Mereka dapat diminta menulis dengan topik tertentu kemudian mewawancarai orang-orang di sekitar mereka. Dengan begitu, mereka dapat mengetahui, apa saja yang perlu disiapkan saat melakukan wawancara dan cara membuat daftar pertanyaan yang baik. Namun, selain itu, mereka juga akan belajar mengenai tatakrama dan cara menghadapi orang yang lebih tua. Hal-hal seperti ini merupakan bagian tidak dapat dipelajari secara teori.

Dengan hasil wawancara tersebut, mereka dapat membuat sebuah artikel jurnalistik. Melalui proses menulis tersebut, mereka akan belajar lebih dari sekadar menghapal ciri-ciri bahasa jurnalistik, mereka dapat belajar bagaimana menggunakan bahasa jurnalistik dengan baik dan benar. Artikel-artikel tersebut kemudian dapat dikumpulkan untuk dibuat menjadi semacam surat kabar atau majalah kelas. Dengan begitu, mereka dapat belajar mengenai proses kerja dalam sebuah surat kabar atau majalah. Selain itu, di dalam diri mereka akan terpetik pula rasa bangga melihat hasil karya mereka.


Manfaat Belajar Active Learning

Keunggulan metode belajar active learning
Konfucius menyatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham


Pernyataan Konfucius ini menjelaskan pertanyaan mengenai apa perlunya metode belajar active learning. Selama murid hanya mendapatkan informasi secara pasif, informasi dan materi tersebut dapat terlupakan oleh mereka begitu saja. Namun, jika mereka melakukan kegiatan yang berkaitan dengan materi belajarnya, mereka akan dapat memahami dengan baik (bukan sekadar menghapal) materi yang diberikan. Pemahaman itu akan menempel lebih baik di benak mereka dibandingkan hapalan konsep yang tidak mereka pahami benar.
Melvin S. Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Konfucius di atas menjadi prinsip belajaractive learning, yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan teman, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya ketahui dan 
Apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai


Dalam metode active learning, proses belajar dibuat sedemikian rupa sehingga terasa menyenangkan bagi murid. Perasaan menyenangkan yang mereka rasakan akan memberi kesan yang mendalam pada diri mereka. Pada perjalanannya, mereka akan cenderung mengulangi aktivitas tersebut. Dengan begitu, mereka akan mempertahan materi tersebut dalam benak mereka.
Perbedaan metode belajar konvensional dan active learning
Perbedaan Active Learning


Aplikasi Belajar Active Learning

Question Student Have
Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, dalam metode belajar active learning, peran guru bukan sebagai pemberi materi tunggal. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam membantu murid memperoleh pengetahuan (materi) baru. Beberapa aplikasi pengajaran active learning adalah sebagai berikut.

A. Question Student Have
Cara ini dilakukan dengan merangsang rasa ingin tahu pelajar terhadap materi yang sedang dibahas. Satu siswa dibagikan satu kertas kosong kemudian minta ia mencantumkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Kartu itu lalu di estafetkan ke teman-temannya searah jarum jam. Minta kepada setiap siswa untuk mencantumkan pertanyaannya masing-masing. Jika pertanyaannya sama, cukup buat tanda cek di sebelah pertanyaan. Setelah semua anak mengisi kertas, identifikasi kertas untuk melihat pertanyaan yang paling banyak diajukan. Diskusikan jawaban pertanyaan tersebut.
B. Card Sort
Agar tidak membosankan, ajak murid belajar sambil bermain di dalam kelas. Guru membuat kartu indeks yang berisi definisi, keterangan, klasifikasi, dan sebagainya yang berkaitan dengan dengan materi. Kartu dibuat secara berpasangan. Misalnya, kartu sejarah proklamasi dan kartu tokoh Soekarno-Hatta. Kartu-kartu tersebut kemudian dibagikan kepada tiap murid. Minta satu murid maju ke depan kelas untuk membacakan isi kartunya. Tanyakan kepada murid, siapa yang merasa memiliki kartu “pasangan”-nya. Agar lebih seru, siswa yang lalai dan salah memilih dapat diberi hukuman. Untuk menggali pemahaman siswa, minta mereka bercerita mengenai apa yang mereka ketahui tentang topik kartu mereka. 
C. TV Komersial
Bagi murid-murid dalam kelas ke dalam beberapa kelompok. Minta tiap kelompok membuat iklan selama 30—60 detik berkaitan dengan pentingnya materi yang dibahas bagi mereka atau orang lain. Tiap iklan sebaiknya mengusung slogan tertentu. Setelah itu, minta mereka memerankan iklan yang mereka buat di depan kelas. Kemudian, minta pula mereka menjelaskan konsep iklan mereka.

D. Debat
Buatlah dua kelompok yang masing-masing terdiri atas tiga orang murid. Jelaskan mengenai satu masalah tertentu. Beri peran yang bertentangan kepada mereka, kelompok satu pro terhadap masalah sementara kelompok yang lain kontra. Beri kesempatan kepada tiap kelompok selama dua sampai tiga menit untuk mendiskusikan pendapat. Setelah itu, minta tiap kelompok mengemukakan pendapat dan sudut pandang mereka terhadap masalah. Setelah itu, pimpin debat antara kedua kelompok itu. Arahkan debat agar tidak terjadi debat kusir yang berkepanjangan.

Beberapa aplikasi metode active learning
Selain metode-metode aplikasi di atas, ada banyak metode lain yang dapat digunakan untuk menerapkanactive learning dalam proses belajar di sekolah. Mel Silberman (2001) sendiri bahkan menyebutkan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Tiap metode dapat dikembangkan kembali sesuai dengan karakteristik kelas, guru, dan murid. Dalam hal ini, guru dituntut kreatif untuk membangkitkan semangat murid dalam belajar. Beberapa metode aplikasi lain yang disebutkan oleh M. Silberman adalahreconnecting, sinergetic teaching, trading place, who in the class, resume kelompok, prediction, the company you keep.





Penutup

 Hal-hal yang diperhatikan dalam active learning
Active learning merupakan satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat memacu kreativitas dan rasa ingin tahu murid terhadap pelajaran. Agar proses belajar active learning dapat terjadi dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Iklim belajar
Ciptakan iklim belajar yang menyenangkan agar murid bersemangat untuk terlibat dalam proses belajar. Buatlah hubungan yang akrab, tetapi dalam batas-batas yang jelas antara murid dan guru.

2. Tujuan pembelajaran
Tentukan dan jelaskan tujuan pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mengukur serta  memprediksi kemampuan yang dituntut dari mereka. Untuk melihat apakah tujuan pembelajaran berhasil dicapai atau tidak, dapat pula dibuat refleksi.
Tujan Pembelajaran Active Learning

3. Arahan yang jelas dalam beraktivitas
Salah satu inti active learning adalah murid aktif beraktivitas dalam proses belajar. Berikanlah bimbingan dan arahan yang jelas kepada murid agar mereka tidak bingung dalam melaksanakan aktivitasnya.

4. Teknik mengajar di dalam kelas
Selain murid yang dituntut untuk aktif, guru juga dituntut untuk aktif dalam mengembangkan teknik mengajar di kelas. Gurulah yang paling memahami kondisi kelas. Buatlah suasana kelas yang kondusif dengan teknik mengajar yang sesuai dengan kondisi kelas.


 Sumber :https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=99&idmateri=165&mnu=Materi4



Post a Comment

Berikan komentar di sini.

 
Top